gravatar

Efisiensi Pupuk Organik Dibanding An-organik

Pemakaian pupuk an-organik di dunia meningkat dengan cepat sekitar tahun 1948–1957, sedang kenaikan pemakaian pupuk di dunia kurang lebih 93.3%. terutama di negara-negara yang sedang berkembang kenaikan telah mencapai angka yang sangat tinggi, seperti di Asia kenaikannya mencapai 228.6%, di Afrika 187.3%, sedang negara-negara maju kenaikannya relatif kecil.

Akhir-akhir ini, perkembangan pemakaian pupuk buatan di indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan garis kebijaksanaan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan di bidang Pertanian, antara lain dinyatakan bahwa: “dalam pelaksanaan intensifikasi denga panca usaha lengkap diusahakan agar para petani dapat menggunakan pupuk secara ekonomis” (Sutejo, 2002).

Pemanfaatan teknologi pertanian dalam segala bidang diperlukan untuk meningkatkan produksi pertanian. Pemupukan, seleksi tanaman, pemberantasan hama penyakit, penyediaan air yang cukup, aplikasi bioteknologi dan sebagainya perlu dilakukan untuk mencapai maksud tersebut. Pemupukan merupakan salah satu usaha penting untuk meningkatkan produksi, bahkan sampai sekarang dianggap sebagai faktor yang dominan dalam produksi, bahkan sampai sekarang dianggap sebagai faktor yang dominan dalam produksi pertanian. Penggunaan pupuk an-organik yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, telah mencemaskan pakar lingkungan hidup karena dampak polusi yang ditimbulkannya. Sampai akhir abad XX pemupukan merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi karena belum ada alternatif lain untuk menggantikannya.

Data yang dipaparkan oleh Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1996, luas lahan kritis di indonesia sudah mencapai 12,5 juta hektar, dengan perincian 8 juta berasal dari lahan pertanian dan sisanya 4,5 juta hektar berasal dari kawasan hutan (BPS, 1998). Kondisi ini akan lebih parah lagi karena diperkirakan setiap tahun lahan kritis bertambah 300.000 hingga 600.000 hektar jika penggunaan pupuk dan pestisida kimia tidak dikurangi.

Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati. Selama 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan kebutuhan pupuk kimia hingga 500%, sementara itu produksi padi hanya meningkat 50%. Berfungsinya pabrik-pabrik yang mengolah berbagai bahan baku menjadi barang-barang jadi melalui proses kimia yang pembuangan limbah industrinya (air dan cairan) tidak memperhatikan keadaan lingkungan dan tidak mau memelihara keadaan tanah di sekitarnya, akan menyebabkan tanah tidak berproduksi sebagaimana mestinya. Bahkan sering kali tidak berproduktif lagi. Ini disebabkan mikro-organisme dan unsur-unsur hara yang terkandung mengalami keracunan. Dalam kejadian seperti ini pemulihannya kembali akan memakan waktu yang cukup lama.

Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa (seresah) tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya (Sutejo, 2002).